Mataram NTB - Ni Wayan Darmayanti nama Lengkapnya, Perempuan Suku Bali ini merupakan generasi penerus yang saat ini mengelolah Sanggar tari yang didirikan Sang Penari Istana Zaman Bung Karno. Keberadaan salah satu Sanggar tari Bali di Lombok ini sebagai tempat belajar menari bagi generasi muda guna melestarikan kesenian budaya tradisional.
Dalam Wawan cara singkat media ini dengan Ni Made Darmayanti yang merupakan generasi kedua Pengelolah Sanggar Tari Wijaya Kusuma (STWK) menceritakan asal mula keberadaan Sanggar yang saat ini menjadi salah satu tempat belajar menari tari Bali di Lombok ini, Minggu (29/10/2023).
Ia menceritakan, Pada tahun 1958 di dirikan sebuah sanggar tari yang bernama Sanggar Tari Wijaya Kusuma (STWK), sanggar tari inilah yang pertama dan satu-satunya di Nusa Tenggara Barat kususnya di Lombok kala itu, alasanya mengapa sanggar tari ini di dirikan atau di buat, karena banyak yang ingin belajar menari mulai dari wisatawan sampai orang-orang lokal.
Baca juga:
Asal Usul Suku Kampai Minangkabau
|
Sanggar tari ini di dirikan oleh soerang penari yang berasal dari Denpasar Bali yaitu Ni Made Darmi, beliao lahir di Banjar Sengguan, Desa Tonja Denpasar, pada tanggal 31 Desember 1943 dan beliau adalah anak ke dua dari pasangan bapak I Ketut Rampung dan Ibu Ni Made Reneti.
"Meski saat ini Pendiri sanggar ini sudah tidak ada, Beliau (Ni Made Darmi) si Penari istana zaman Bung Karno itu sudah Wafat pada Juni tahun 2021. Meski demikian karya yang ditinggalkan untuk generasi saat ini sudah sangat Banyak. Banyak anak-anak dan remaja kita saat ini pintar menari berkat Sanggar yang didirikan Ni Made Darmi, "ungkap Ni Wayan Darmayanti menceritakan.
Lanjut di ceritakan Wayan, Dari umur sepuluh tahun Made Darmi sudah menekuni dunia seni khususnya dalam bidang tari-tarian bali karena di tawari oleh gurunya bernama Nyoman Kaler kala itu. Kemudian menari adalah hobinya sejak kecil, Made Darmi pertama kali menari di Banjar Tonje Denpasar Bali pada umur sebelas tahun.
Kala itu, Lanjut Ni Wayan Darmayanti, Ni Made Darmi sudah tak muda lagi, namun di usianya yang senja ketika berbicara soal tari kala itu wanita bersahaja ini tetap bersemangat seenerjik ia menarikan tarian istana yang di kagumi oleh Bung Karno.
Di usianya yang sudah sepuh saat itu, Made Darmi tidak tinggal diam, kecintaanya dengan dunia tari masih di tekuninya hingga akhir hayatnya, memang wujudnya tidak sebagai penari di atas panggung seperti ia masih remaja dulu, Made Darmi saat itu menghabiskan sisa hidupnya sebagai pelatih tari di sanggar tari yang didirikan di rumahnya.
Sanggar tari tersebut berdiri kokoh di dekat rumahnya, sanggar itu di bangun sangat sederhana hanya pembatas kayu dan sebagaian dinding bata yang tidak di plester semen, di sanggar itulah made Darmi terus mengembangkan kemampuan seni tari yang di kuasainya ke pada murid-muridnya.
Di masa remajanya, lanjut Ni Wayan Darmayanti, Ni Made Darmi sebenarnya bukan penari biasa. Di zamanya nama Ni Made Darmi sangat di kenal, namanya semngakin melambung di jagat seni Bali ketika beliau sering di panggil menari di istana, dan Made Darmi pun mendapat julukan sebagi penari istana.
Menurutnya, Sosok Made Darmi yang sederhana, ayu, dan kemampuan menarinya tidak di ragukan, itu yang membuat Presiden pertama RI, Soekarno tertarik, Bung Karno kala itu konon kerap memintanya untuk datang ke Istana Negara untuk mementaskanTari Bali.
Pernah suatu saat Lanjut Ni Wayan Darmayanti, Ketika di Tanya tentang Bung Karno, Made Darmi diam dan hanya terdengar suar “eeeeeemm”, sosok Bung Karno dan Ibu Fatmawati (istri presiden Bungkarno) di anggapnya sebagai orang tua sendiri, Bung Karno selain mengagumi Made Darmi, juga sangat menyayanginya begitupun Ibu Fatmawati sangat menyayanginya.
Ke dua tokoh itu sangat perhatian terhadap dirinya, bahkan Made Darmi yang sudah beranjak remaja di ajarkan berdandan dan merawat diri yang benar dan baik. Saking kagum dan sayangnya Made Darmi sempat akan di jadikan anak angkat oleh Bung Karno dan Ibu Fatmawati. Made Darmi di tawari sekolah hingga ke jenjang yang paling tinggi, namun hasrat Bung karno mengankat Made Darmi sebagai anak pupus, karena ke dua orang tuanya di bali tidak mengizinkanya.
“waktu itu kita pertnah tanya tentang bagaimana Bung Karno, Made Darmi jawab "mereka (Bung Karno dan Ibu Fatmawati) sangat baik ke pada saya, mereka sudah seperti orang tua saya, mereka mengajarkan saya cara dandan, dan saya di keramasi” begitu jawaban Ni Made Darmi kala itu, "ucap Wayan.
Menurut Made Darmi saat itu, Bukan karena perhatian lebih yang di perolehnya, tetapi sosok Soekarno adalah seorang pemimpin yang sangat perhatian terhadap kesenian. Bung Karno katanya, sangat mengerti gerakan tari yang baik dan benar, Made Darmi bahkan tidak pernah bias lupa ketika Bung Karno sempat memarahinya karena salah menyelipkan kembang merah di telinga sebelah kiri, yang semestinya di selipkan di telinga sebelah kanan.
“ menurut Made Darmi, Pak Soekarno itu adalah orang yang suka seni sedikit gerakan salah pasti akan di tegurnya, suatu ketika saat menari ada gerakan yang salah Made Darmi langsung di ingatkan “kalao begitu kamu tidak siap untuk menari, latihan dulu di istana”, Made Darmi meniru ucapan Bung Karno, "jelas Wayan.
"Menurut ceritanya pada waktu itu Made Darmi menaruh bunga merah di dikiri, di marahi bung Karno katanya, kenapa kamu menaruh kembang merah di kiri, "tutur Wayan melanjutkan ceritanya.
Menurut cerita yang kami dapatkan saat Sang Penari istana ini masih Hidup, Pertemuan Made Darmi dengan Bung kanro bermula ketika Made Dermi menari di Istna Tampaksiring Bali, Bung Karno yang kagum dengan penampilan Ni Made Darmi kemudian kerap di minta menari di berbagai kesempatan terutama di Istana Presiden di Jakarta, Istana Bogor hingga keluar Negri. Made Darmi kerap di bawa oleh rombongan Presiden RI ke luar negri saat melakukan kunjungan persahabatan seperti Cina, Kolombo, dan beberapa Negara lainya. Tarian yang kerap di bawakan oleh Made Darmi adalah tarian Margepati dan Bayan Ngente, margepati melambangkan sosok peria perkasa dan Bayan Ngante melambangkan pelayan putri.
Kedekatan hubungan Made Darmi dengan Bung Karno bukan hanya sebatas pada kesenian, namun Bung Karno juga kerap memberikanya nasehat baik sebelum dan sesudah menikah. Made Darmi di nasehati oleh bung Karno agar bias menjadi istri yang baik bagi suaminya, dan iya mengaku heran mengapa Bung Kanro begitu perhatian kepadanya.
Dalam perjalanan waktu, Made darmi akhirnya di persunting oleh pengagumnya yaitu I Wayan Kartawirya, setelah menjalani masa pacaran mereka akhirnya melangsungkan pernikahan pada 21 april 1958. Sosok Made Darmi yang cantik dan sederhana membuat Wayan Kertawirya salah satu panitia seleksi penari untuk kegiatan sosisl kepincut, bunga asmara mulai tumbuh di antara mereka hingga akhirnya berlanjut ke jenjang pernikahan.
Sejak menikah Made Darmi tinggal dan menetap di Lombok tepatnya ia Tinggal di Jl. Semar No 10, Kelurahan Cakranegara Timur, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram. Namun pernikahan mereka tidak di karuniai sosok seorang anak dan akhirnya mengangkat Ni Nyoman Ersiniwati sebagai anak angkatnya, dan dari anak angkatnya ia sekarang memiliki dua orang cucu.
Untuk menularkan bakat tarinya ia akan terus mengajar penerus seni di daerah ini melalui Sanggar Tari Wijaya Kusuma yang di pimpinya. Sanggar ini telah banyak melahirkan penari-penri di Lombok, Made Darmi di usianya yang senja saat itu tidak memiliki banyak keinginan selain dapat terus melestarikan tari tradisional, namun ia mengaku sangat prihatin terhadap sikap pemerintah daerah yang terkesan kurang memiliki perhatian terhadap kesenian kala itu.
Demikian wawancara media ini dengan Ni Wayan Darmayanti, Generasi kedua Yang Mengelolah Sanggar Tari Wijaya Kusuma Lombok ini, semoga akan menjadi motivasi bagi para pekerja dan pencinta seni lainnya. (Adb)